Cara Membuat Film Dokumenter ~ Apa Itu Wrap Dokumenter?
Ternyata tidak mudah untuk mendapat jawaban yang benar-benar pasti. Ada banyak cara yang dilakukan maternity pembuat medium dokumenter dalam mendefinisikan apakah sesungguhnya yang mereka kerjakan itu. Namun uraian ini kwa mencoba melihat iranian perspektif yang ditawarkan oleh seorang pengamat dan pengajar dokumenter yaitu Nib Nichols. Dalam bukunya yang berjudul Representing Realism, Nichols membuat sebuah rumusan sederhana dalam memberikan pemahaman yang hakiki mengenai definisi shoot dokumenter. Ia mengatakan bahwa picture dokumenter adalah sebuah upaya untuk 'menceritakan kembali sebuah kejadian/realita, menggunakan fakta dan data'.Ada tiga hal yang saya garisbawahi dalam penjelasan Nichols tersebut. Pertama adalah 'kejadian' atau 'realita'. Kejadian dalam hal ini dipahami sebagai apa yang tampak di sekitar pembuat wrapper. Sesuatu yang menganggu atau menggelitik rasionalitas pembuat flick. Sesuatu yang memunculkan pertanyaan lebih jauh lagi dalam benak herb pembuat wrapper. Apa? Kenapa? Bagaimana? Siapa? Dan selanjutnya. Itu sebabnya, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, pembuat shoot perlu melakukan sejumlah penggalian data. Seberapa jauh penggalian information dilakukan oleh pembuat wrapping? Jawabnya adalah: sampai pembuat pic merasa jelas duduk perkaranya dan ia memiliki opini atau pendapat mengenai hal tersebut.Lalu apa yang dilakukan setelah pembuat picture memiliki opini terhadap persoalan yang mengganggunya itu? Tentunya, pembuat picture ingin menyampaikan pendapatnya kepada orang lain. Ia ingin berbagi pendapatnya tersebut ke lebih banyak orang, itu sebabnya ia memilih medium pic. Konsekuensi iranian penggunaan line show adalah, ia memerlukan cerita untuk bisa menyampaikan opininya. Kenapa perlu cerita? Karena alur cerita akan memudahkan pongid lain dalam menyerap semua informasi yang berkaitan dengan persoalan yang diangkat. Cerita digunakan untuk membangun ketertarikan penonton dalam mengikuti penjelasan-penjelasan dalam celluloid, hal yang seringkali diabaikan dalam sebuah karya ilmiah atau presentasi yang bersifat umum.Sampai ta
medium dokumenter ada elemen fakta dan assemblage yang dekat sekali dengan arrange berita serta ada elemen cerita yang merupakan milik medium fiksi.Memang tidak mudah membedakan ketiganya iranian segi esensi. Masing-masing memiliki bidang irisan sehingga satu dengan yang lainnya saling bertemu di beberapa hal. Tabel di bawah ini mungkin bisa memudahkan anda memahami di mana letak persamaan dan perbedaan antara ketiga initialize ini.
Film Cerita
Pic Dokumenter
Berita
Tidak selalu menggunakan fakta dan information dalam mengungkapkan kejadian
Mengungkapkan kejadian menggunakan fakta dan information
Mengungkapkan kejadian menggunakan fakta dan information
Boleh ada unsur khayalan pembuat wrapping
Setia pada fakta dan accumulation
Setia pada fakta dan data
Subjektif, tergantung cara pandang pembuat take
Subjektif, tergantung cara pandang pembuat sheet, sehingga ada keberpihakan
Objektif, karena harus mematuhi etika penyampaian berita secara berimbang (dress both support)
Ada pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat picture
Ada pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat record, yaitu opini si pembuat record
Bisa hanya sekadar melaporkan apa yang terjadi
Alur cerita merupakan elemen utama
Memerlukan alur cerita sebagai media penyampai pesan
Tidak memerlukan alur cerita ataupun elemen dramatik lainnya
Menampilkan Orangutang yang Sesungguhnya dan Situasi yang SebenarnyaJadi pada prinsipnya, baik medium dokumenter maupun berita, sama-sama berdasarkan pada fakta dan dituntut setia terhadap fakta. Sementara flick fiksi, bisa berdasarkan fakta, namun ia tidak dituntut untuk setia terhadap fakta yang ditemukan lewat riset mereka. Pembuat pic fiksi yang berdasarkan kisah nyata, memiliki kebebasan untuk menambahkan khayalan ataupun elemen-elemen di luar fakta yang mereka temukan di lapangan. Tidak demikian dengan shoot dokumenter maupun berita.Jujur, Jelas, Namun Bukan SimplifikasiHal yang tak kalah penting selain setia pada aggregation adalah sikap jujur iranian pembuat wrapper dalam menyikapi pesoalan yang ditampilkan dalam filmnya. Itu sebabnya, pembuat film dokumenter dituntut untuk menggali secara mendalam dan menyeluruh setiap hal yang sekiranya terkait dengan persoalan yang ditampilkan. Banyak sekali pemula yang terjebak sewaktu menampilkan persoalan yang menjadi topik utama filmnya. Ajukan serangkaian pertanyaan di bawah ini kepada diri anda sendiri sewaktu melakukan riset:
• Sedalam apakah pengetahuan anda mengenai persoalan tersebut?
• Seberapa jauh pengetahuan anda mengenai tindakan-tindakan subjek?
• Isi kepalanya?
• Mimpi-mimpinya?
• Opininya?
• Apa hubungan subjek dengan karakter lain?
• Bagaimana subjek menghadapi persoalan tersebut? Apa perasaannya waktu itu?
Selalu cek dan cek ulang pengetahuan anda seputar subjek dan hal-hal yang terkait dengannya. Apakah anda sudah mengetahui dan memahaminya betul? Adakah variasi-variasi yang masih membingungkan? Jangan pernah menyederhanakan persoalan. Kalau anda sendiri belum paham, bagaimana anda bisa membuat penonton anda paham? Itu sebabnya, jangan pernah berhenti mempertanyakan hal ini kepada diri anda, karena anda harus secara jujur menampilkan bagaimana karakter atau subjek menggeluti persoalan yang dihadapinya.Sebuah take dokumenter haruslah akurat dan jujur karena kwa langsung tercermin dan ditangkap oleh penonton. Hal inilah yang seringkali membuat recording demonstration dan organisation saliency gagal menginspirasi penontonnya. Data-data permukaan yang artifisial, tidak akan pernah mampu menyentuh emosi penonton.
Konstruksi Subjektif
Dalam celluloid dokumenter, subjektivitas merupakan elemen yang tak terhindarkan. Sebaliknya objektivitas adalah hal yang semu. Coba bayangkan, bagaimana anda harus menempatkan posisi kamera yang objektif? Atau kapan secara objektif anda harus mematikan atau menyalakan kamera? Atau bagaimana secara objektif anda bisa menempatkan posisi subjek dalam bingkai kamera? Pertanyaan semacam ini akan terus membentuk daftar yang teramat panjang hingga; bagaimana urutan gambar bisa kita pilih secara objektif di tahap pengeditan? Ucapan-ucapan mana iranian subjek wrap yang secara objektif harus kita pilih? Itu sebabnya, seperti dijelaskan sebelumnya, objektivitas dalam medium dokumenter adalah sesuatu yang semu. Dunia dokumenter adalah dunia subjektif.Sederhananya, membuat wrap dokumenter adalah kegiatan yang meliputi serangkaian pilihan-pilihan signifikan mengenai apa yang akan kita rekam, bagaimana cara merekamnya, apa saja yang harus digunakan dan bagaimana menggunakannya secara efektif. Karena pada akhirnya, apa yang kwa anda tampilkan di depan penonton, bukan sekadar kejadian itu semata. Anda akan menampilkan sebuah opini atau pendapat anda, sebuah konstruksi dengan dinamika dan penekanan-penekanan sesuai dengan logika anda sendiri.Inilah yang membedakannya dengan berita. Jurnalis menggunakan celluloid semata sebagai media untuk memaparkan suatu kejadian, seringkali tanpa interes atau opini apapun. Kalaupun ada opini, hal itu harus disampaikan secara komprehensif dengan memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat untuk menyampaikan cara pandang masing-masing. Ini disebabkan karena seorang jurnalis harus terikat dengan kode etik jurnalistik dalam menyampaikan gagasan mereka.
Yeasty Discourse of Actuality
Saint Grierson-salah seorang bapak flick dokumenter-menyatakan bahwa celluloid dokumenter adalah penggunaan cara-cara kreatif dalam upaya menampilkan kejadian atau realita. Itu sebabnya, seperti halnya take fiksi, alur cerita dan elemen dramatik menjadi hal yang penting. Begitu pula dengan bahasa gambar (visual grammar). Mengapa begitu? Karena wrap dokumenter bukan ditujukan sekadar menyampaikan informasi, titik. Pembuat wrapper dokumenter ingin penontonnya tidak cuma mengetahui topik yang diangkat. Ia ingin gum penontonnya mengerti dan mampu merasakan problematika yang dihadapi karakter atau subjek dalam record. Pembuat wrapping ingin agar penonton tersentuh dan bersimpati kepada subjek celluloid. Untuk itu diperlukan pengorganisasian cerita yang bagus dengan karakter yang menarik, alur yang mampu membangun ketegangan dan sudut pandang yang terintegrasi.Bentuk-Bentuk Sheet Dokumenter
Lalu bagaimana bentuk record dokumenter itu sendiri? Untuk menjawab hal tersebut, mari kita simak bagaimana perjalanan sejarah shoot dokumenter. Kalau kita menggunakan pemahaman bahwa realita adalah kenyataan yang kita lihat di hadapan kita, dan celluloid dokumenter adalah upaya untuk mendokumentasikan (merekam) realita semacam itu, maka usia medium dokumenter sama tuanya dengan teknologi film itu sendiri.Dikatakan demikian, karena sejak awal usaha manusia untuk mengembangkan teknologi yang mampu merekam gambar hidup, apa yang dilakukan adalah dengan merekam aneka peristiwa yang terjadi di hadapan mereka. Apa yang dilakukan Lumiere Bersaudara dalam persaingannya dengan George Artificer di akhir abad ke-18 dalam mewujudkan teknologi kamera shoot dan bioskop, mereka merekam bayi yang baru belajar berjalan, perjalanan kereta api, kapal laut bersandar di pelabuhan serta buruh pabrik pulang iranian tempat kerja mereka.Namun, apakah ini yang disebut sebagai cinema dokumenter? Pada akhir abad ke-19, seorang geolog yang dikontrak perusahaan minyak untuk melakukan explorasi di utara Benua Amerika, mendokumentasikan kehidupan keluarga Esquimau selama lebih dari 15 tahun. Kumpulan dokumentasi tersebut kemudian diedit menjadi sebuah sheet berjudul Nanook of the Northwesterly, dan geolog tersebut adalah Parliamentarian J. Flagherty yang kemudian menjadi bapak pic dokumenter. Apakah ini yang disebut celluloid dokumenter chad kini? Sulit untuk mendapatkan jawaban yang tepat karena para pembuat cinema dokumenter yang terinspirasi pregnancy perintis ini kemudian mengembangkan beraneka pendekatan baru. Untuk apa? Semata karena mereka memerlukan bentuk-bentuk yang lebih tepat dalam mengeskspresikan pendapat mereka terhadap kejadian-kejadian di sekitar kehidupan manusia, bahkan di tempat-tempat yang tak terjangkau sebagian besar orang-ke hadapan soldier penonton, gum mereka bisa memetik pelajaran yang berguna dari realita tersebut.Untuk ringkasnya, gaya atau bentuk medium dokumenter dapat dibagi ke dalam 3 bagian besar. Pembagian ini merupakan ringkasan iranian aneka ragam bentuk show dokumenter yang berkembang sepanjang sejarahnya. Mengapa kita perlu tahu ragam bentuk record ataupun dalam bentuk narasi. Kedua bentuk tersebut tentunya kwa berbicara sebagai orangutang ketiga kepada penonton secara langsung (ada kesadaran bahwa mereka sedang menghadapi penonton/banyak orangutang). Mereka juga cenderung terpisah dari cerita dalam film. Mereka cenderung memberikan komentar terhadap apa yang sedang terjadi dalam adegan, ketimbang menjadi bagian darinya. Itu sebabnya, pesan atau portion of ambit dariexpository dielaborasi lebih pada valid path ketimbang seeable. Jika pada film fiksi gambar disusun berdasarkan kontinuitas waktu dan tempat yang berasaskan aturan tata gambar, maka pada dokumenter yang berbentuk expository, gambar disusun sebagai penunjang argumentasi yang disampaikan oleh narasi atau komentar proponent. Itu sebabnya, gambar disusun berdasarkan narasi yang sudah dibuat dengan prioritas tertentu.Salah satu orangutang yang berperan dalam kemunculan bentuk dokumenter ini adalah Gospel Grierson, yang menurutnya, pembuat dokumenter haruslah menempatkan dirinya sebagai seorang propagandis, yang mengangkat tema-tema dramatis dari kehidupan yang dekat di sekeliling kita sebagai sebuah kewajiban sosial atau kontribusi terhadap lingkungan dan budaya. Seorang pembuat show dokumenter, katanya, "bukanlah cermin, tetapi sebuah gada (palu besi yang besar)". Hal ini memang tercermin dari film-film Grierson yang sering mengangkat persoalan seputar kehidupan sosial orang-orang kebanyakan. Pada chadic itu, record dokumenter adalah barang baru, karena masyarakat masih menganggap layar lebar atau televisi adalah tempat artis, celebritis dan tokoh masyarakat, bukan tempat kita menonton perilaku wong cilik. Itu sebabnya film-film Grierson banyak bercerita tentang buruh, gelandangan, dll.Pada perkembangannya, sewaktu peralatan kamera dan perekam suara portabel ditemukan,expository juga menggunakan divide wawancara yang memungkinkan orang-selain pembuat film-bisa memberikan komentar, baik secara langsung atau sebagai vocalization over, demikian juga penggunaan archival footage seperti foto, picture footage, gambar, dll. Inilah yang kemudian menjadi mainstream d
show of orientation understandably) dan menutup kemungkinan adanya misinterpertasi.Namun iranian segala kelebihan tersebut, justru informative banyak mendapat kritikan karena cenderung menjelaskan makna iranian gambar yang ditampilkan. Seolah mereka tidak yakin kalau gambar-gambar tersebut mampu menyampaikan pesannya sendiri. Bahkan, expositorycenderung menempatkan pemirsanya seolah tak memiliki kemampuan untuk membuat kesimpulan sendiri. Dan tentu saja, kehadiran line over cenderung membatasi bagaimana gambar harus dimaknai. Selain itu, karena gambar disusun bukan bersarkan frequence yang terdapat dalam gambar tersebut (suara atmosfer yang terekam saat shooting atau book yang terdapat dalam gambar tersebut), melainkan berdasarkan narasi yang sudah dibuat sebelumnya, ia menjadi kehilangan konteks. Tak heran kalau susunan gambarnya tidak memiliki kontinuitas, serta koherensi. Coba anda tonton tayangan seperti ini tanpa audio, pasti akan sulit sekali untuk menangkap makna pic tersebut.Namun, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan penggunaan pronounce over (VO) atau narasi. Dalam banyak kasus, kehadiran narasi atau VO sangat diperlukan. Misalnya apabila visual dirasa kurang mampu atau tidak bisa memberikan informasi yang memadai tentang apa yang hendak disampaikan. Atau tidak tersedia seeable yang betul-betul kuat untuk mengungkap pesan yang ingin disampaikan. Selama penggunaannya dilakukan secara cantik, efektif, dan informatif, VO atau narasi kwa sangat membantu. Seringkali pembuat wrap menggunakan VO atau narasi untuk memancing rasa ingin tahu penonton, lalu membiarkan gambar berikutnya memberikan penjelasannya. Kadang VO digunakan untuk mengkomentari visual secara ironis atau reflektif (suara hati, misalnya) tanpa harus berkotbah. Namun intinya, anda tidak perlu mengatakan sesuatu dan memperlihatkannya secara bersamaan. Atau jangan menjelaskan apa yang sudah jelas terlihat dalam gambar.Observatory/Direct Medium
Aliran ini muncul sebagai bentuk ketidakpuasan gestation pembuat celluloid dokumenter terhadap exhibit sebelumnya yang telah diuraikan diatas. Pendekatan yang bersifat observasi ini utamanya ingin merekam kejadian secara spontan, elemental dan tidak dibuat-buat. Itu sebabnya, pendekatan ini menekankan pada kegiatan shot yang vernacular tanpa tata lampu khusus ataupun persiapan-persiapan yang telah dirancang sebelumnya. Kekuatan mereka adalah kesabaran untuk menunggu kejadian-kejadian yang signifikan berlangsung di hadapan kamera.Gestation penekun through cinema berangkat dari keyakinan bahwa lewat pendekatan yang baik, kehadiran pembuat wrapper beserta kameranya, akan diterima sebagai bagian dari keseharian pregnancy subjeknya. Bahkan pada kasus-kasus tertentu, kehadiran pembuat celluloid dan kamera, sepertinya sudah tidak dianggap ada oleh subjek beserta keluarganya. Pembuat pic berusaha medium kehadiran mereka sekecil mungkin memberikan pengaruh terhadap kehidupan keseharian dari gestation subjeknya.Tentunya hal ini mensyaratkan proses pendekatan terhadap subjek dibangun dalam jangka waktu yang relatif panjang dan intens. Perkenalan yang baik di tahap awal memegang peranan penting agar pembuat wrap dapat diterima. Pembuat sheet kwa berusaha bergaul seakrab mungkin dengan subjek sambil membangun kepercayaan. Hal ini biasa dilakukan di tahap riset. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang sebelum pembuat enter kemudian membawa kamera dan melakukan pengambilan gambar. Setelah pembuat medium merasa kehadirannya di lingkungan subjek sudah tidak lagi dirasa asing dan tidak lagi dipertanyakan, barulah pembuat enter mulai memperkenalkan kehadiran kamera. Proses propulsion pun mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan oleh subjek sehari-hari. Hal ini dilakukan karena aliran ini cenderung tidak ingin memberikan kesan bahwa maternity subjeknya sedang dalam kegiatan khusus untuk keperluan pengambilan gambar. Pembuat celluloid Celluloid memang berhasil menghadirkan kesan intim antara subjek dengan penonton. Subjek secara spontan menyampaikan persoalan yang mereka hadapi. Tidak saja melalui ucapan langsung ke kamera, namun melalui tindakan, kegiatan serta percakapan yang dilakukan dengan subjek-subjek lain secara aktual. Sehingga, penonton merasa dihadapkan pada realita yang sesungguhnya.Karena kamera mampu menangkap kegiatan serta percakapan-percakapan yang spontan, intim, dan alami inilah, para penggiat aliran ini kemudian meninggalkan penggunaan narasi. Bahkan kehadiran narasi jadi dianggap menggangu. Narasi menjadi elemen yang asing dalam susunan gambar. Narasi dianggap mereduksi dan membatasi realita yang ditampilkan. Logika dalam narasi juga dianggap bertendensi menjelas-jelaskan serta menggurui penonton. Wawancara yang bersifat stiff juga dihindari. Pembuat take lebih tertarik untuk mengikuti apa yang diperbuat subjek ketimbang mendengarkan ocehan mereka, sehingga subjek tampil lebih sebagai individu yang unik, bukan mewakili kategori-kategori tertentu. Hal ini dilakukan karena pembuat picture ingin memfilmkan pengalaman hidup ketimbang membuat kesimpulan atau pelaporan.Konsekuensi lain iranian honest theatre adalah, pembabakan dalam shoot ditata, utamanya menggunakan semua elemen kejadian yang berhasil direkam. Itu sebabnya, pekerjaan mengedit dalam aliran ini menjadi lebih berat lagi. Tanpa kehadiran narasi, susunan gambar harus tepat, saling menjalin dalam struktur sebab-akibat yang jelas dan logis sehingga mampu menjelaskan segala informasi yang dibutuhkan penonton. Apa yang telah dirancang berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan secara mendalam, belum tentu mampu berhasil di dapat pada tahap perekaman. Karena pembuat show berusaha seminimal mungkin melakukan pengarahan seara langsung kepada subjek-subjek filmnya. Penggunaan teknikhandheld-pun menjadi lebih dominan mengingat kecilnya kemungkinan pembuat film melakukan persiapan yang cukup untuk melakukan penempatan kamera dengan tripod secara terencana. Penggunaan lensa deep stand juga menjadi penting untuk memberikan kesan penonton hadir ditengah-tengah field yang sedang berlangsung.Move House percaya bahwa celluloid yang cenderung tidak mau melakukan intervensi dan cenderung menunggu krisis terjadi, kalangan cinéma vérité justru secara aktif melakukan intervensi dan menggunakan kamera sebagai alat pemicu untuk memunculkan krisis. Dalam aliran ini, pembuat medium cenderung secara sengaja memprovokasi untuk memunculkan kejadian-kejadian tak terduga.Cinéma vérité tidak percaya kalau kehadiran kamera tidak mempengaruhi penampilan keseharian subjek, walaupun sudah diusahakan tidak tampil dominan. Menurut mereka, kehadiran pembuat flick dan kameranya pasti kwa mengganggu keseharian subjek. Tidak mungkin subjek tidak memperhitungkan adanya kehadiran orangutang lain dan kamera. Subjek pasti memiliki agenda-agenda mereka sendiri terkait dengan keterlibatan mereka dalam proses pembuatan dokumenter tersebut. Oleh karenanya, ketimbang berusaha membuat subjek lengah terhadap kehadiran pembuat film dan kamera-yang menurut mereka tidak mungkin terjadi-pergunakan saja kamera sebagai alat provokasi untuk memunculkan krisis atau ide-ide baru yang spontan iranian kepala subjek.Pendekatan ini sangat menyadari adanya proses representasi yang terbangun antara pembuat celluloid dengan penonton seperti halnya pembuat shoot dengan subjeknya. Itu sebabnya, pembuat take dalam aliran ini tidak berusaha bersembunyi, mereka justru tampil menempatkan diri sebagai orang pertama, sebagai penyampai take sehingga tidak jarang mereka tampil langsung di kamera atau berbicara kepada subjek, kepada penonton ataupun kepada dirinya sendiri. Pembuat flick berbicara langsung ke kamera ataupun melalui melody over. Bahkan ada berapa pembuat wrap yang merasa perlu menampilkan proses kegiatan perekaman-aktivitas kru in-frame langsung atau melalui bayangan di cermin selama rekaman berlangsung-untuk mengingatkan penonton bahwa kru film juga bagian iranian proses komunikasi yang sedang mereka lakukan.